Gus Fawait dan Pak Joko
Terutama Gus Fawait. Tokoh sekaliber anda seharusnya tidak disub-ordinasi oleh ‘para pemain’ yang mengatasnamakan loyalis untuk memburu kepentingan. Dengan berbagai cara mereka menjadi pembisik. Tanpa kompetensi. Sikut sana sini, injak bawah jilat atas dengan menabur fitnah tanpa batas. Setiap saat mendisain realitas buatan dengan mengincar dan mematikan kompetiter guna mencapai tujuan. Jangan sampai Jember dikelola dengan basis supremasi pembisik. Supremasi hukum dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik harus menjadi landasan.
Gus Fawait dan Pak Joko
DPRD menyarankan anda berdua untuk ngopi bareng. Saran itu merupakan wujud kebuntuan gagasan. Simplifikasi persoalan, meskipun seharusnya bisa melakukan interpelasi. Berebut benar tak akan ada habisnya. Keduanya merasa benar. Benar menurut anda belum tentu benar menurut banyak orang. Apalagi berdasarkan aturan. Sudah saatnya untuk berebut salah. Duduk bersama berikrar di hadapan Allah disaksikan wakil rakyat sebagai saksi. Tidak sampai sepuluh menit, namun efeknya bisa 5 atau 10 tahun. Dengan berbagai pertimbangan, jika hal ini dilakukan justru menjadi momentum tepat jelang Idhul Fitri. Sehingga pas takbir berkumandang, Allah dan warga Jember berseri-seri akan memandang. Tidak heran setelahnya headline berita yang muncul menjadi : Jember Bersalam-Salaman. Allahu Akbar.
*)Penulis adalah kolumnis, akademisi Fakultas Hukum Universitas Jember, Ketua Dewan Pakar ICMI Jember, Mediator Berlisensi MA dan Nominator Dosen Favorit Nasional 2024 Versi Hukumonline