Anggota Fraksi PKB DPRD Jember, Nurhuda Candra Dikeluhkan Pembangunan Jalan Minim

Anggota Fraksi PKB DPRD Jember, Nurhuda Candra Dikeluhkan Pembangunan Jalan Minim

Nurhuda Candra Hidayat saat dikeluhkan pembangunan jalan minim (Candra)--

TAPALKUDA.DISWAY.ID - Anggota Fraksi PKB DPRD Jember Nurhuda Candra Hidayat dikeluhkan pembangunan insfratruktur jalan yang minim di wilayahnya.

Hal itu disampaikan, saat kegiatan reses atau serap aspirasi masyarakat di wilayah Kecamatan Bangsalsari Jember, Jumat (29/8/2025).

Dengan begitu, Nurhuda mendengarkan keluh kesah dan melakukan pemetaan permasalahan yang ada di masyarakat. Kegiatan tersebut sebagai bahan anggota DPRD dalam penyusunan dan pembentukan APBD Kabupaten Jember tahun 2026.

Nurhuda Candra Hidayat menyampaikan, konstituennya banyak mengeluhkan soal minimnya pembangunan infrastruktur jalan di wilayah pinggiran Kecamatan Bangsalsari bagian utara. 

"Kondisi jalan banyak yang rusak parah dan menghambat proses mobilitas warga," katanya.

Nurhuda menyebut, kondisi jalan di wilayah utara, utamanya yang berada di Desa Tugusari, Desa Curah Kalong dan Desa Badean rusak parah, dan butuh segera sentuhan pemerintah untuk dilakukan perbaikan, karena sangat mengganggu laju pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan SDM masyarakat.

Bertempat di Lembaga Pendidikan SD Ar-Rosyid Dusun Sumber Canting Desa Tugusari Bangsalsari, Sekretaris Fraksi PKB tersebut menceritakan kondisi jalan yang rusak sudah berlangsung belasan tahun bahkan puluhan tahun. 

"Sejak ke Pemimpinan Bupati Djalal hingga Bupati Hendy pembangunan jalan di tiga desa tersebut tidak pernah tuntas. Pembangunan hanya dilakukan 100 - 500 meter saja selama satu periode masa jabatan," sebutnya. 

Padahal, kata Nurhuda, panjang ruas jalan dari desa ke desa lain dari jalan utama ke ujung desa mencapai belasan kilometer. Sehingga pembangunan jalan belum tersambung sudah rusak kembali.

"Karena itu, warga dan saya secara pribadi maupun kepartaian sangat berhadap di Kepemimpinan Bupati Gus Fawait bisa menuntaskan masalah infrastruktur jalan tersebut," ungkapnya.

Nurhuda menjelaskan masyarakat pinggiran utara atau masyarakat wilayah pinggiran hutan memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Jember. 

Sejak bulan Juli hingga September sedang musim panen kopi. Diperkirakan produksi kopi di wilayah tersebut mencapai angka kurang lebih 2.000 Ton.

"2.000 ton kopi dengan harga Rp60 ribu saja sudah 120 Miliar. Terjadi perputaran uang di tiga desa dalam 3 bulan itu, dari sektor produksi kopi saja," ungkapnya. 

"Artinya jika tidak ada daya dukung infrastruktur, maka akan menghambat proses pertumbukan ekonomi Jember dari wilayah pinggiran," tegasnya. (*)

Sumber: