Pemkab Jember Ajak Kolaborasi Semua Pihak, Percepat Imunisasi Campak

Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Jember, dr. Rita Wahyuningsih (Sugianto)--
TAPALKUDA.DISWAY.ID - Pemerintah Kabupaten Jember bersama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur mempercepat cakupan imunisasi campak guna menghentikan Kejadian Luar Biasa (KLB) campak yang merebak di sejumlah wilayah, dengan mengajak kolaborasi semua pihak.
Karena dengan kolaborasi, penanganan dan percepatan kasus vampak bisa ditekan secepat mungkin.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Jember, dr. Rita Wahyuningsih mengungkapkan, penanganan kasus ini tidak hanya terkendala pada ketersediaan vaksin, tetapi juga pada tantangan dalam pelaksanaan imunisasi di lapangan.
Menurut dr. Rita, tantangan terbesar justru datang dari sisi masyarakat. “Kesulitannya bukan pada stok vaksin, tetapi pada penerimaan masyarakat. Banyak orang yang masih terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Kalau ada tetangganya tidak imunisasi, mereka ikut-ikutan,” jelasnya.
Selain faktor meniru perilaku, keputusan imunisasi juga kerap dipengaruhi oleh keluarga besar atau tokoh masyarakat. Hal ini membuat keputusan orang tua untuk membawa anaknya imunisasi tidak sepenuhnya berdiri sendiri.
“Kadang keputusan itu bukan dari ibu, tapi dari bapak, kakek, atau tokoh yang dituakan. Jadi ada intervensi dari luar keluarga inti,” tambahnya.
Faktor lain yang memperberat adalah derasnya arus informasi di media sosial. Masyarakat lebih banyak mempercayai kabar yang belum tentu benar dibanding penjelasan tenaga kesehatan.
“Saat ini orang lebih mudah percaya informasi yang beredar di media sosial daripada tenaga kesehatan. Padahal belum tentu informasi itu benar,” ujarnya.
Dinkes Jember juga menghadapi tantangan berupa kekuatiran masyarakat terhadap efek samping vaksin. Meski sudah dijelaskan bahwa efek samping adalah hal wajar dan ringan, ketakutan masih sering menjadi alasan penolakan imunisasi.
“Sama seperti kalau kita makan makanan manis bisa kena diabetes, vaksin juga ada efek samping. Tapi itu bisa dilawan dengan edukasi yang tepat,” tegas dr. Rita.
Ia menilai, salah satu kelemahan di Jember adalah belum adanya tokoh masyarakat yang bisa menjadi panutan atau role model dalam kampanye imunisasi.
“Kalau tenaga kesehatan yang menyampaikan, masyarakat sering menganggap itu hanya kepentingan kami. Tapi kalau ada tokoh masyarakat yang memberi contoh, mereka akan lebih percaya,” katanya.
Meski demikian, ia mengapresiasi dukungan lintas sektor, mulai dari camat, PKK, kepolisian, hingga TNI yang sudah turut serta dalam sosialisasi.
“Kolaborasi ini sangat membantu, tapi masih belum cukup untuk melawan derasnya informasi yang salah di masyarakat,” pungkasnya. (*)
Sumber: