Masa Depan Politik Khofifah

Moch. Eksan--
Kalau tak ada tsunami politik, nampaknya karier politik Khofifah tak berakhir di Gedung Grahadi, tapi tetap berpotensi menjadi penghuni Istana Negara, baik sebagai presiden atau wakil presiden. Para gurunya di NU telah membukakan jalan baginya untuk melanjutkan legacy Presiden Gus Dur atau Wakil Presiden Hamzah Haz atau Wakil Presiden Kiai Ma'ruf Amien.
Sesungguhnya, Khofifah punya peluang maju menjadi pemimpin nasional sejak Pilpres 2024 lalu. Tapi rupanya, peluang ini tak dimanfaatkan dan memilih untuk tetap menjadi gubernur Jatim. Ia mendukung pasangan Prabowo-Gibran. Dan ternyata ijtihad politiknya benar. Pasangan presiden yang didukung menang dan ia sendiri terpilih periode kedua sebagai gubernur Jatim.
Dari uraian di atas, Khofifah punya insting politik yang sangat baik. Ia punya kalkulasi politik yang cermat di tengah hiruk pikuk tiga Pilpres terakhir. Dalam menghadapi Pilpres 2029 dimana Prabowo sudah diusulkan oleh Gerindra maju periode ke-2, banyak prediksi muncul menyangkut birokrat NU tulen ini. Antara lain:
Pertama, Khofifah pada Pilpres 2029 berusia 64 tahun, usia yang relatif produktif secara politik untuk tampil sebagai alternatif kepemimpinan nasional. Sehingga, publik pasti akan mendorong ia tetap tampil sebagai calon atau pendukung demi basis konstituen yang telah dibina puluhan tahun. Ia akan mengkapitalisasi aspirasi konstituennya tersebut sebagai sarana perjuangan.
Kedua, langkah Khofifah hanya akan berakhir bila terjadi eskalasi kasus menyasar dirinya sebagai target. Walaupun dalam beberapa kasus yang menyeret-nyeret namanya, ia terbukti clear. Termasuk kasus yang ditangani oleh KPK. Dengan demikian, langkahnya sangat sulit untuk dicegah dan akan terus melaju menuju puncak kepemimpinan nasional.
Ketiga, bila Prabowo maju kembali, Khofifah lebih memilih mendukung Presiden 08. Ia bakal berikhtiar untuk menjadi calon wakil presiden sebagai representasi NU dan perempuan sekaligus layak Kamila Haris atas Presiden Joe Biden. Bila tidak, ia minimal akan masuk menjadi anggota kabinet Prabowo untuk jabatan terakhir.
Keempat, karena alasan tertentu Prabowo tak maju kembali, Khofifah akan lebih memilih untuk bertarung sebagai calon presiden. Ini mengingat pasca keputuhan MK, bahwa partai politik apapun bisa mencalonkan pasangan presiden-wakil presiden. Rakyat pemilih akan mendapatkan alternatif pasangan calon yang banyak. Dan, Khofifah nantinya menjadi salah satu dari sejumlah nama terkenal yang beredar dalam bursa capres atau cawapres.
Walhasil, bila kondisi politik seperti saat ini, Khofifah tidak akan berani mencalonkan diri menjadi presiden. Dia akan memilih setia di jalan Prabowo, terlepas dari posisinya sebagai pendamping atau pendukung. Yang pasti, ekspektasi politik tertingginya pada Pilpres mendatang yang tersedia hanya cawapres. Dan, posisi sebagai cawapres Prabowo ini akan diperebutkan oleh Gibran, AHY, Bahlil, Muhaimin dan Zulkifli Hasan dan lainnya.
Sumber: